Rabu, 13 Mei 2009

Dibalik Perjalanan

“Besok, datengnya jangan ada yang telat ya..jangan kaya Indah,mau udahan,baru dateng.entar bisa sampe malem nyampenya”. deg,rasanya aku ingin mengumpat dari kerumunan para calon pendaki gunung karang itu,hatiku terasa tertancap mendengar suara sinis Aliph yang sangat tajam, aku mulai menyadari bahwa aku terlalu ketinggalan dalam perkumpulan wapala kali ini.Loh,mana aku tau kalau wapala ngumpul malam ini,untung saja aku mendengar hiruk pikuk manusia-manusia berbau alam di ujung kelas sana dari tujuan semulaku,koperasi.Walau aku tau ini memang kesalahanku.


Aku masih bimbang,hatiku mulai terombang-ambing laksana wahana tornado.ikut atau tidak?. Otakku kupaksakan berputar memikirkan segalanya,efeknya,kenangannya,serunya,capenya, kotornya.Fuih,,Aku benar-benar bingung.Setelah pertemuan usai,alangkah baiknya aku curahkan kebimbangan ini pada orang tuaku lewat telpon.”Pah,aku ke gunung lagi ya..”,Kenapa aku malah bernada seperti orang minta izin..”Duh,janganlah de,entar kamu kecapean lagi.”Begitulah jawaban papahku yang katanya minggu ini,tak bisa menjengukku karna sedang marak-maraknya arisan dan undangan dikalangan keluargaku..Tak apalah,Tapi yang aku tak habis pikir adalah baju kotor setelah naik gunung nanti seperti 2 minggu yang lalu.benar-benar kotor sekali.Siapa yang mau mencucinya.Aku?.Sepertinya tidak..


Pagi yang indah.aku bersiap-siap membereskan semua barang-barang yang nantinya akan ku pikul tepat dipunggungku ini.Bodohnya mempersiapkan ini dipagi hari,cepat-cepat aku memasukkan barang bawaanku ke dalam tas berwarna coklat yang sudi menemaniku semenjak aku duduk dibangku SD. Hufh,sungguh menyita waktuku. Padahal, papah telah mengajarkan aku akan betapa pentingnya sebuah persiapan,sampai papah menempelkan kertas printnan berfont merah besar untukku di dinding rumah,begini bunyinya, 'Siapkanlah untuk hari esok sekolah/bekerja'. Padahal, sang ketua juga sudah mewanti-wanti dari kemarin-kemarin. Huh,aku tak mau terlambat lagi.Jika aku terlambat,itu berarti,aku harus mendengarkan celotehan sang ketua, bahwa aku ini benar-benar hijau(yang terkesan lamban)..Aku kan bukan siput..


Jam 7 kita berangkat, setelah berbaris dilapangan dengan sedikit pengarahan.Naik truk?.Untuk ke-2 kalinya aku berpijak di atas papan rapuh nan bau tak terabaikan itu.Truk yang dulu pernah mengantarkan kami saat kami mendaki gunung Pulosari.Warna kuningnya yang tak terurus itu seperti menganggap kami adalah hewan gembala di padang rumput.Tapi truk beroda 4 itulah yang konon paling ampuh sampai ke tempat yang menanjak-nanjak bahkan berkelok-kelok.Badannya yang besar,bagaikan pahlawan pertama kami yang membantu menghadang jalanan perkampungan yang lumayan tak terkendali.Aku kagum.

Perjalanan dimulai,29 anak manusia menjejaki tanah tak berkepemilikan itu. Hutan-hutan dengan suara gemuruh alam yang sangat merdu didengar,tanah berbatu mulai menanjak tak menentu.Ku lihat Syesar,adik kelasku selalu menawarkan bantuan kepadaku.Sungguh aneh memang,mana mungkin seorang syesar seperti itu kepadaku.”Tumben baik sama ane”,pecahlah keraguanku.”Baik untuk hari ini aja,kan ga seru kalo ga berantem sama ukhti”.hhu,,Dasar manusia berkepala sepuluh..(makiku dalam nurani)


Aku menusuri jalan dengan kedua kakiku yang mulai menguras habis otot-otot kinetikku.Terus menanjak dengan kucuran keringat yang mendera-dera di seluruh badanku.Dahaga yang mulai terasa berat,seperti kendaraan yang harus diisi bensinnya.Tapi,kali ini aku selalu terbayang-bayang omongan Haroki “kita pantang ngeluh bilang cape,Gunung karang itu mistis,Jadi kalo kita bilang cape,pasti bakal cape..” hmm..aku menghela napas panjang-panjang.Benar juga apa kata Pa Boss,Pantas saja saat aku mendaki gunung karang kemarin ,capenya bukan main.Padahal mamahku juga selalu menggembor-gemborkan bahwa dalam hidup ini sebisa mungkin kita tidak usah berkeluh kesah,karena hanya bikin penyesalan dan ketidakikhlasan..Aku janji,Pantang bilang cape.Dan akupun mulai berusaha mengusir rasa ingin mengutarakan kelelahanku ini pada rimbunnya pohon dan segerombolan anak adam didepan maupun dibelakangku..Alhasil,engker ku ini membantu langkah ku yang mulai mengeriput menelusuri jalan tanpa begitu lelah.


Sambil mendaki,aku selalu saja membuat prolog dalam hati sanubariku.Tak pernah terbayangkan kenapa aku suka melakukan semua ini.Tapi inilah aku.aku punya buku.Buku hasil karyaku sendiri.Tapi aku bukanlah Andrea Hirata yang menuliskan kisah masa kecilnya melalui ‘Laskar Pelangi’,Akupun bukanlah Pipiet Senja yang berkarya lewat ‘Cinta dalam Sujudku’,apalagi Jack Canfield yang menumpahkan asanya lewat ‘Chicken Soup’.Tapi bukuku bercerita tentang tetralogi kehidupanku sendiri,dimana aku sebagai authornya sekaligus sebagai pembacanya.Aku mengatur halaman demi halaman dengan seenaknya.jika aku ingin membacanya,aku akan membuka puih lembaran-lembaran yang ada dihatiku.Semua gambar diri persembahan goresan memori yang dibukukan di hatiku. Hanya aku yang bisa membacanya,bahkan merasakannya. Kenangan-kenangan masa lalu yang lebih baik kusimpan dalam-dalam,daripada ku tulis pada daun lontar yang nantinya habis tergerogoti zaman. Semua terserah padaku,Jika aku ingin membuka halaman 13,maka aku akan menemukan seorang anak balita di penitipan anak.Jika aku membukanya lebih dalam,entah halaman 58 ataupun 63,maka aku akan membayangkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang kehilangan semua kakek neneknya.Aku mendaki,terus mendaki,akupun semakin terdispersi dalam buaian kisah medium imajinasiku.Aku semakin jauh membuka lembaran-lembaran berikutnya.


Allah mengizinkan aku menapaki persinggahan ini lagi,tak terasa jam 1-an kita sampai.Sebuah warung terakhir tempat melepas semua kelelahan ini.Sampai juga aku disana,Walaupun tadi diperjalanan,terlihat Iena dan Zahra yang terkilir,namun kini mereka terlihat sumringah lagi,karna kaki mereka bisa menjangkau daerah yang diidam-idamkannya senja tadi.Sumur 1,air kembang yang begitu dinginnya,bahkan tak kalah banding dengan dinginnya air es.Untungnya Allah tidak menurunkan rintikan air yang bisa menghambat perjalanan kami menuruni gundukan alam ini.Terima kasih ya Allah.


Setelah cukup bercengkrama di tempat tujuan,perjalanan pulangpun kini dimulai.Bismillahirrahmanirrahim.”Maker,Allahuakbar”.Jargon itu mulai melanda-landa saat kami terbelenggu oleh minimnya semangat.aku berada di barisan terdepan.Entah mengapa,aku paling tidak suka jika aku naik gunung, aku berada di posisi terbelakang.Aku tak tau apa namanya,mungkin ini keegoisanku yang belum redup sampai sekarang.”Hmm,,yang belakang lama banget sih jalannya,turun kan ga pake tenaga,ga keringetan,lebih cepet jadinya..”gerutuku makin menjadi saat manusia-Maker tak kunjung tiba.Aku hanya bisa menunggu didepan bersama partnerku Angga si ‘David Junior’.Setiap melihat pohon yang terlintas dihadapanku,aku langsung memeluk erat pohon-pohon itu.Entah sudah berapa pohon yang aku jadikan korban ketakjubanku terhadap alam.Sungguh Indah ciptaan Allah.


Saat menunggu pasukan lain,ternyata aku salah menduga.Iis sakit.”Step,ente bisa bantu Iis ga..”Teriak Dewi yang berada disebelah Iis.Kasian juga melihat Iis yang pucat pasi,hatiku iba.Pikiranku seperti menuntutku menjadi Hero,aku memapah Iis dari turunan yang satu ke turunan berikutnya.Perjalanan yang aku kira tidak akan mengeluarkan keringat ternyata salah.Memapah terus memapah sampai tiba di dataran yang datar.Ditempat itulah aku membaringkan Iis yang mulai tak sadarkan diri di pangkuanku sembari yang lain membuatkan tandu untuknya.Oh my God,Iis jangan pingsan.


Datanglah sesosok pria yang aku yakini dia datang untuk membantu kami.Pak Teguh,begitulah beliau dipanggil.Saat detik-detik menjelang petang,saat matahari mulai menjauh,Saat binatang hutan makin menyumbangkan suara alam.Namun Iis masih terbaring lemas.Feelingku sejak adegan menurun tadi memang benar.Kita akan sampai pada malam hari.Yaps.Ternyata benar.hiks.


Saat ketegangan mulai menggerayangi hati dan pikiran kami.Aku benar-benar bosan,ku lontarkan saja sedikit guyonan untuk mengurangi kegelisahan para awak kapal ini.”Duh jadi pengen makan es krim,Pengen es batu juga…”..haha..Pa Teguh menyibakkan slayer yang terpasang di kepalanya kearah ku.,setidaknya ketegangan mulai berkurang.Bahkan Prana meresponku,”Ukhti,pengen es batu ya,esnya mah ga ada, cuman batunya yang banyak”. Haha..Baguslah,setidaknya aku bisa melihat wajah-wajah madesu mereka yang mulai meredam,kami menunggu sampai tandu selesai dibuat.


Kini,aku menuruni tanah batuan tersebut didampingi Pa Teguh.Kami bercakap-cakap,berdialog tak penting,Lucunya aku tak tau bahwa beliau adalah pegawai TU di sekolah kami.”Pa..emangnya kerja di mana?”.”saya dulu kerja di Tim SAR”.”Oooh..terus sekarang dimana..?”.”Loh,emangnya kamu ga tau ya,saya kan kerja di CM di bagian TU,wah kamu ga pernah ke TU ya..”.hihi lucu juga ya..CMBBS yang begitu sedikit penghuninya aku masih saja tak hapal nama ataupun orangnya.Maklumlah aku ini memang orang yang sulit menghapal orang-orang yang baru kukenal,bahkan sekarangpun aku lupa raut wajahnya Pa Teguh.hehe... Wajar saja waktu MBS,akulah yang paling sedikit kenangannya,karna tak tahu siapa nama-nama di angkatanku.


Pa Teguh yang baru aku kenal ini ternyata begitu pecicilan (Kga bisa diem).Benar-benar aneh,sesekali menepukkan kakinya ke bumi.Tak jarang menjingkrakkan kakinya dengan satu kaki.Kadang lari-lari kecil,membuat tebak-tebakan pun beliau lakukan.Sungguh lucu dibuatnya.Akupun masih berdialog dengannya.Aku kagum tak karuan.Pa Teguh ternyata benar-benar Master Hiker.Secara beliau telah menyusuri tumpukan tanah seperti ini semenjak kelas 3 SD.Wouw.Kilimanjaro-lewat,Puncak jaya-tebas,Semeru-pasti udah.Keren.salut sama Pa Teguh.dan ternyata lusanya Pa Teguh ingin mendaki gunung Salak di Sukabumi.benar-benar master.Dan beliau bilang bahwa dirinya tidak akan terus berhenti mendaki gunung sampai keinginannya terwujud,mendaki gunung tertinggi di dunia.gunung Everest.Wuih,,keren,gunung karang saja aku sudah kelelahan,apalagi gunung everest.tak terbayang olehku.


Aku mulai merasa jari kaki ku diambang kesendian.Sepertinya jari-jari ini tak bisa diajak kompromi lagi.Tapi aku terus menahannya.Gawat,kaki kiriku terkilir,namun aku tak ingin membeberkan ke semua orang.Aku tak ingin yang lainnya tau.Aku tak ingin menambah beban para ikhwan yang sudah kepayahan menolong akhwat-akhwat yang lain.Aku harus tetap tersenyum,tak ingin yang lain mengkhawatirkan aku.Toh mayoritas ‘Maker’ adalah kelas 1,tapi aku kan kelas 2,mana mungkin aku sebagai kaka kelas yang seharusnya menjaga mereka,malah mereka yang menjagaku.Kupaksakan saja kakiku terus melaju walau terasa sakit.Sabar Indah,sedikit lagi.one step at a time,semangat!


Malam semakin menampakkan keangkuhannya,menyingkirkan matahari untuk kembali ke peraduannya,menjadikan terang berganti gelap gulita.Tak ada lampu,hanya senter yang digunakan,itupun untuk mengarahkan kami kemana seharusnya kami berjalan.Karna gelapnya,aku melihat kunang-kunang (lagi),bahkan jamur-jamur yang gemerlap.Wah,disaat yang was-was seperti ini,Allah masih tak sungkan-sungkan melimpahkan kenikmatan pada kami.Subhanallah.


Arah jarum jam menunjuk angka 10,dan tibalah kami di sekolah,sebisa mungkin aku langsung menuju lorong yang ternaungi cahaya-cahaya kaca elektrik diatasnya.Walau langkahku semakin tergopoh-gopoh,aku tetap melangkah ke arah sana.Dikamar 101lah tempat persinggahanku. Aku terpaksa berbaring ditempat yang tak aku suka.Tapi mau bagaimana lagi,bajuku kotor,ingin sekali mandi,tapi aku tak kuasa, aku rebahkan saja tubuh ini sejenak,bukan di karpet ‘snoopy’ku, apalagi di tempat tidurku, melainkan diatas lantai. Untungnya ade rahmun memberikankan segelas bandrek hangat untukku.Terimakasih adeku.Aku mandi, lalu bersimpuh dihadapan sang Khalik.Saat aku mulai sujud,aku mulai merasakan kakiku tadi yang terkilir terasa sakit sekali.hiks..


Tuhan,terimakasih atas 7 Meinya,karna aku termasuk 29 ‘Maker’ yang diberi kesempatan lagi.


Tuhan,terimakasih atas 7 Meinya,karna aku bisa menikmati indahnya gunung yang setiap hari Kau apemandangannya dari sekolahku.


Tuhan, terimakasih atas 7 Meinya,karna aku bisa kembali dengan selamat.


Tuhan,aku tak bisa mengungkapkannya lagi dengan kata-kata.Terimakasih atas semuanya Tuhan.


Akupun mulai tertidur, dan terjaga dalam mimpiku..Kenangan-kenangan indah yang tak terlupakan,.Kebersamaan,ketangguhan dan segalanya menyatu dalam jiwa 29 anak tadi.Benar-benar pejantan dan pebetina tangguh.Terimakasih Maker,


Sekali lagi kuucapkan, Terimakasih ya Rabb.Nikmatmu benar-benar indah dan tak pernah terbayangkan oleh ku.